Mari Bergerak Bersama Melawan Perubahan Iklim dan Melindungi Hutan Kita

Betapa panjang kemarau kali ini. Pasokan air bersih di wilayah tempat tinggal saya sudah semakin menipis. Kemarau panjang membuat air seringkali berhenti mengalir. Kini pekarangan rumput di rumah saya, terlihat coklat, renggang dan retak-retak. Pepohonan dan berbagai tanaman yang saya miliki seakan tidak berdaya melawan kemarau kali ini.

Menggunakan air bersih hanya untuk kebutuhan konsumsi adalah langkah bijak yang terpaksa saya ambil. Ya mau gimana lagi, mengingat pola cuaca yang tidak menentu, kemarau yang tidak pasti kapan berakhirnya, jadi saya mewaspadai dampak kekeringan, dengan memprioritaskan penggunaan air bersih hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari.

Tanaman di rumah saya, tidak menderita sendirian. Di sepanjang jalan yang biasa saya lalui, daun-daun tampak berguguran dan batang-batang pohon terlihat kering kerontang. Kekeringan ternyata mulai melanda di sekitar wilayah tempat tinggal saya, di daerah Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kesulitan air bersih mulai dirasakan warga sekitar yang hanya mengandalkan air tanah sebagai sumber air bersih. Cadangan air tanah mereka semakin menipis. Ini diakibatkan rendahnya intensitas hujan.yang membuat sumber mata air milik warga berkurang.

Mengutip dari Radar Bogor, sebanyak 195 desa di 38 kecamatan di Kabupaten Bogor mengalami krisis air bersih akibat dampak kekeringan berkepanjangan ini. Akibatnya sebagian warga terpaksa bergantung pada pasokan air bersih dari luar wilayah. Kekeringan ini tentu dapat berdampak buruk pada lahan pertanian warga. Seperti kita ketahui, dalam hal kekeringan, para petani adalah pihak yang paling merasakan dampaknya. Karena peristiwa ini dapat mengancam mata pencaharian mereka

Selain rawan banjir, ternyata Indonesia juga rawan akan dampak bencana kekeringan. Dari data statistik BNPB, sepanjang tahun 2014 hingga 2023, Indonesia telah mengalami 397 kasus kekeringan. Kondisi kekeringan seperti ini, rawan menyebabkan kebakaran hutan dan lahan, Apalagi suhu udara panas semakin meningkat saat ini. Pejabat setempat telah mengingatkan masyarakat agar tidak membakar sampah dan semak-semak selama musim kemarau.

Teman-teman, #MudaMudiBumi, kita sadari ataukah tidak, perubahan iklim adalah hal yang nyata dan akan terus meningkat. Ancaman perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi bumi kita. Sayangnya, aktivitas dan perilaku kita sebagai manusia yang justru telah memberi dampak besar pada perubahan iklim ini.

Mengutip dari United Nations, bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas, sejauh ini merupakan kontributor terbesar terhadap perubahan iklim global. Bahan bakar fosil menyumbang lebih dari 75% emisi gas rumah kaca dan hampir 90% dari seluruh emisi karbon dioksida.

Gas gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2) ini menahan panas matahari sehingga panas matahari terperangkap di dalam atmosfer bumi. Inilah yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Itulah mengapa kita merasakan suhu yang semakin panas dari waktu ke waktu, Akibat efek rumah kaca, panas yang seharusnya dipantulkan ke permukaan bumi malah terperangkap oleh gas-gas rumah kaca di atmosfer. Ini akhirnya mengubah pola cuaca dan mengganggu keseimbangan alam. Seperti musim kemarau menjadi semakin panjang seperti yang kita rasakan sekarang.

Sebenarnya banyak dari gas-gas ini terjadi secara alami tapi berbagai aktivitas manusia turut meningkatkan konsentrasinya di atmosfer, khususnya pada metana karbon dioksida (CO2), gas berfluorinasi CO2 dan dinitrogen oksida. Ini adalah gas rumah kaca yang paling umum di produksi oleh aktivitas manusia.

Transportasi yang kita gunakan seperti mobil, motor, bis hingga kapal dan pesawat menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak, bensin, solar batu bara, dan gas. Bahan bakar ini menghasilkan emisi yang berkontribusi pada perubahan iklim. Sayangnya, tren menunjukkan terjadi peningkatan signifikan dalam penggunaan energi untuk transportasi ini setiap tahunnya.

Industri manufaktur yang memproduksi berbagai barang seperti besi, baja, elektronik, pakaian dan barang lainnya. adalah salah satu kontributor terbesar emisi gas rumah kaca .

Gaya hidup kita yang tak pernah lepas dari penggunaan barang-barang elektronik seperti ponsel hingga pakaian yang kita kenakan akhirnya tidak luput berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan perubahan iklim.

Kelalaian manusia dengan menebang pohon sembarangan dapat mengurangi penyerapan gas rumah kaca. Pohon di hutan menyerap karbon dioksida. Sehingga .ketika pohon ditebang akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalamnya.

Kebakaran dan alih fungsi hutan untuk lahan pertanian, peternakan atau pertambangan juga menyebabkan emisi. Ketika hutan dihancurkan, kemampuan alam untuk melindungi atmosfer semakin berkurang.

Perubahan iklim ini tidak hanya mengakibatkan suhu udara panas dan kekeringan namun juga dapat memberi dampak yang lebih besar yang dapat membahayakan manusia, satwa dan lingkungan kita. Untuk mengetahui dampak lebih jelasnya, di bawah ini kita dapat melihat berbagai dampak buruk dari perubahan iklim terhadap manusia dan spesies lainnya.

1. Suhu panas

Bagaimana suhu udara yang kalian rasakan akhir-akhir ini? makin panas menyengat bukan? Ya, inilah salah satu dampak perubahan iklim yang kini kita rasakan. Perubahan iklim adalah akibat dari gas rumah kaca di atmosfer yang memerangkap terlalu banyak panas dan menyebabkan suhu meningkat.

Yang semakin memprihatinkan, cara kita menghadapi suhu panas justru akan menambah dampak yang lebih besar lagi, dengan penggunaan pendingin ruangan seperti kipas angin dan AC yang semakin berlebihan.

2. Kekeringan

Inilah dampak perubahan iklim yang kini saya hadapi, yang telah membuat berbagai jenis tanaman dirumah saya mulai sekarat..

Perubahan iklim mengubah pola cuaca. Musim kemarau menjadi lebih panjang dan sulit diprediksi kapan berakhirnya. Membuat air menjadi semakin langka di banyak wilayah. Akibatnya petani menjerit karena gagal panen.

Perubahan iklim juga berpotensi menyebabkan munculnya hama dan wabah penyakit pada tanaman yang sebelumnya tidak ada.

3 Banjir

Perubahan iklim dapat memicu peningkatan curah hujan yang menyebabkan banjir. Meski kenaikan curah hujan dapat meningkatkan jumlah sumber air bersih namun curah hujan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk langsung kembali ke laut. Jadi air tak akan sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk digunakan manusia.

4. Badai

Perubahan iklim dapat menyebabkan badai yang merusak. Beberapa peristiwa badai akhir-akhir ini telah meningkat frekuensinya di beberapa wilayah di dunia. Badai seperti angin topan dan angin puting beliung dapat menghancurkan rumah-rumah serta menyebabkan hilangnya harta dan nyawa.

5. Kerusakan Habitat

Kekeringan, banjir, kebakaran hutan, cuaca ekstrim serta serangan hama dan penyakit merupakan beberapa ancaman yang terkait dengan perubahan iklim. Semua dampak ini akan membawa perubahan besar pada habitat sebagai rumah alami bagi berbagai spesies, binatang, tanaman dan berbagai organisme lain.

6. Spesies Punah

Coba bayangkan bagaimana jika kita tidak mampu beradaptasi pada cuaca panas yang sekarang kita alami? bisa-bisa kita sebagai manusia akan punah. Bagaimana dengan spesies hewan yang hanya mampu beradaptasi pada kondisi suhu tertentu. Suhu panas seperti ini dapat membunuh mereka perlahan-lahan atau bahkan lebih cepat dari yang kita duga. Ini karena suhu meningkat lebih cepat dibandingkan kemampuan spesies hewan untuk berevolusi. .

Karang termasuk spesies yang mengalami penurunan populasi paling cepat di dunia. Penurunan jumlah karang disebabkan oleh pemutihan massal, penyakit dan kematian akibat kenaikan suhu dan pengasaman laut.

Beruang kutub termasuk hewan yang kini terancam mengalami kepunahan karena habitat mereka es laut Arktik semakin menghilang setiap musim panas.

Di Indonesia sendiri, kita memiliki beberapa spesies langka yang dilindungi seperti Komodo yang merupakan satwa endemik Indonesia yang juga dapat terancam punah akibat dampak dari perubahan iklim.

7. Kenaikan suhu dan permukaan lautan

Pemanasan lautan semakin meningkat pesat selama dua dekade terakhir di seluruh kedalaman lautan di dunia.

Saat lautan memanas volumenya meningkat karena air laut mengembang seiring dengan semakin hangatnya suhu. Mencairnya lapisan es juga menjadi penyebab naiknya permukaan air laut sehingga dapat menenggelamkan daerah pesisir dan pulau-pulau kecil.

8. Kelaparan dan kemiskinan

Perubahan iklim mempengaruhi tanaman pangan, perikanan dan peternakan. Menyebabkan penurunan pendapatan atau hasil panen para petani, peternak maupun nelayan. Rusaknya lahan akhirnya menyebabkan pasokan makanan terganggu dan menyebabkan bahan pangan menjadi langka di beberapa wilayah. Jika ini berlangsung lama maka kelaparan dan kemiskinan akhirnya menjadi bencana yang tidak terelakkan.

9. Resiko kesehatan

Perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu dan curah hujan bisa meningkatkan penyebaran wabah penyakit seperti malaria, kolera, dan demam berdarah. Ini disebabkan karena nyamuk pembawa virus-virus tersebut hidup dan berkembang biak pada cuaca yang panas dan lembab dimana kondisi demikian akan secara umum disebabkan oleh perubahan iklim.

Mengetahui apa saja dampak yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim di atas, kita semakin menyadari perubahan iklim sudah terjadi. Dan ini akan terus berlanjut menjadi semakin buruk jika kita tidak segera melakukan upaya untuk melawan dan memerangi dari sekarang. Karena generasi yang akan datang, anak cucu kita, masih akan merasakan efek dari perubahan iklim. Dan itu bisa lebih buruk dari apa yang kita rasakan sekarang.

Sebagai orang muda pecinta bumi, kita tidak boleh menyerah dengan perubahan iklim yang terjadi, Kita harus melawannya. Hutan dapat menjadi senjata utama kita dalam melawan perubahan iklim. Hutan memiliki kekuatan dalam menstabilkan iklim, berperan dalam siklus karbon dan menjadi solusi emisi gas rumah kaca. Hutan sebagai paru-paru bumi, menyediakan 40 persen oksigen bagi bumi, menyerap sekitar 2,6 miliar ton karbon dioksida, sepertiga dari CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.

Namun sayangnya, kebakaran hutan masih menjadi momok yang mengerikan setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2023 ini saja BNPB mencatat sudah ada 499 kejadian sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2023 ini. Tahun ini karhutla bahkan diprediksi berpotensi meningkat mengingat dampak kekeringan akibat fenomena cuaca El-Nino.

Ekspor kabut asap Indonesia seakan tidak ingin kalah pamor dengan ekspor kelapa sawit, Masalahnya, ekspor sawit kita masih menguntungkan bisa mendatangkan devisa dalam jumlah besar. Lah ekspor asap? yang kita dapat adalah protes dari negara tetangga karena warganya jadi “batuk-batuk” akibat ulah kabut asap Indonesia.

Bukan hanya faktor kebakaran yang kerap meluluhlantakkan hutan Indonesia. Dan kebakaran tidak hanya dipicu faktor kekeringan semata. Tapi penebangan dan perambahan hutan juga tidak kalah masif. Praktek pembukaan lahan menjadi perkebunan masih menjadi ancaman serius terhadap hutan-hutan di Indonesia, Menghasilkan dilema berkepanjangan di berbagai kalangan. Ketika hutan berhadapan dengan perkebunan, dimana kita akan berdiri?

Harapan besar saya, dilema ini tidak berlarut-larut, dan harus ada ketegasan yang lebih kuat mengenai posisi hutan di mata Indonesia.

Satu hal yang pasti, kita membutuhkan hutan sebagai senjata kita melawan perubahan iklim. Sebagai habitat alami berbagai spesies.

Saya berharap setiap orang menyadari bahwa mereka memiliki peran dalam melindungi, mengelola dan memulihkan hutan secara berkelanjutan serta menghentikan deforestasi dan degradasi hutan, Pemerintah, organisasi global, dunia usaha, masyarakat, komunitas lokal dan kita sebagai orang muda Indonesia perlu bekerja sama demi hutan kita.

Bergerak bersama melindungi hutan agar tetap lestari, dapat kita lakukan dengan beberapa cara, seperti berikut ini :

Asria Ali design by Canva

Setiap orang juga perlu menyadari bahwa mereka memiliki peran penting dan perlu melakukan aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim. Upaya aktif untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim dapat kita lakukan melalui aksi mitigasi dan adaptasi. Yaitu melalui perubahan perilaku kita sehari-hari.

Apa saja cara yang dapat kita lakukan? yuk kita pantau satu persatu di bawah ini.

Asria Ali design by canva

Saya sendiri berupaya melakukan apa yang bisa saya lakukan. Selain menjalani gaya hidup hemat energi dan menerapkan gaya hidup sederhana dalam keseharian saya, hal lain yang saya lakukan adalah mengenakan sepatu saya dan mengunjungi beberapa tempat yang membuat kesadaran saya mengenai isu perubahan iklim dan perlindungan hutan semakin membara.

Salah satunya mengunjungi lokasi pertambangan.

Ini adalah salah satu lokasi pertambangan timah di Bangka Belitung. Sungguh miris, memikirkan bagaimana sumber daya alam yang kita miliki harus dibayar mahal dengan kerusakan lahan dan hutan,

Harapan saya pembuat kebijakan lebih memperhatikan dampak sektor pertambangan terhadap perubahan iklim.Dengan mengadaptasi isu perubahan iklim dalam sistem pertambangan.

Alih fungsi lahan dan hutan menjadi area pertambangan harus dikaji kembali.. Karena bagaimanapun pertambangan adalah salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dan menghasilkan energi fosil yang juga berkontribusi signifikan terhadap emisi CO2 global .

Bukankah sungguh kontras, jika kita justru mengorbankan pohon-pohon di hutan yang berperan mengurangi emisi.untuk sektor pertambangan ini.

Saya berharap, kedepannya kekayaan alam yang kita miliki dapat kita kelola dengan cara yang lebih bijak dengan lebih fokus memikirkan dampaknya pada perubahan iklim ketimbang hanya memikirkan dampak ekonominya.

Kita tidak hanya perlu melindungi hutan yang berada di darat tapi juga hutan yang ada di laut. Loh emangnya ada hutan di laut?

Hutan yang saya maksud disini adalah hutan rumput laut.

Rumput laut adalah penyerap CO2 yang signifikan sehingga dapat berperan dalam melawan perubahan iklim.

Namun sayangnya, saya melihat rumput laut masih kurang mendapat perhatian sebagai penyerap emisi CO2. Perhatian terhadap rumput laut cenderung sebagai bahan pangan dan dalam industri kosmetik. Padahal rumput laut dapat menyerap emisi karbon dalam jumlah yang besar. Sehingga peran rumput laut dalam mengurangi dampak perubahan iklim juga besar.

Harapan saya para pemangku kebijakan dan kita semua bisa memberi perhatian yang besar kepada ekosistem rumput laut sebagai penyerap emisi.. Dan menjaga agar ekosistem rumput laut ini mampu bertahan di tengah kenaikan suhu panas seperti saat ini.

By the way, foto ini adalah salah satu pantai yang ada di Bangka Belitung. Sangat menyenangkan mendapati beberapa masyarakat pesisir yang sangat concern dengan isu perubahan iklim. Menjaga laut yang menjadi sumber makanan dan mata pencaharian mereka.

Namun sayangnya para pendatang dan wisatawan masih ada yang abai dalam menjaga kebersihan di sekitar pantai dengan membuang sampah sembarangan..

Nah, semua itu adalah beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk melawan perubahan iklim, dan saya yakin kita semua dapat melakukannya.

Masih ada satu lagi nih, aksi penting yang bisa kita lakukan untuk menjaga satu-satunya planet yang kita miliki ini, Inilah yang sekarang saya lakukan. Yaitu menyampaikan tentang isu ini kepada banyak orang.

Mengapa kita perlu menyampaikan isu ini? Karena Jika kita tidak melakukan ini, sebagian orang tidak akan pernah tahu. Dan sebagian orang ini bisa saja tanpa mereka sadari akan terus melakukan aktivitas yang dapat merusak bumi.

Apapun pekerjaan atau profesi kita. kita bisa menggaungkan isu ini ke seluruh penjuru dunia. Misalnya, sebagai penulis, kita bisa menyampaikan tentang perubahan iklim lewat tulisan kita, Pengusaha dapat menyampaikan tentang isu perubahan iklim lewat produknya, Seorang guru dapat lebih aktif mengajarkan siswanya tentang pentingnya menjaga bumi. Sebagai mahasiswa, kita dapat menggaungkan isu ini di kampus dan mengajak lebih banyak mahasiswa untuk berpartisipasi. Apalagi jika kamu seorang Content Creator dan aktif di media sosial, kamu bisa membuat konten tentang isu perubahan iklim dan menjangkau lebih banyak orang sehingga semakin banyak orang yang tercerahkan dan peduli akan kondisi bumi.

Saya melihat acara komunitas sangat efektif dalam menggaungkan isu perubahan iklim, Kita dapat bergabung dalam beberapa kelompok komunitas ini. Mereka saling mendukung dan mencoba melakukan apapun yang mereka bisa untuk menjaga bumi.

Berbicara mengenai isu ini dengan lebih banyak orang dan mengetahui semua orang terlibat dapat sedikit menenangkan saya dari rasa kekhawatiran akan kondisi bumi. Karena akan ada harapan yang lebih baik untuk bumi. Kebersamaan kesadaran kita dalam menanggapi isu ini benar-benar dapat membangkitkan semangat saya.

Saya berharap generasi muda lainnya mengingat bahwa kita adalah masa depan. Segala aksi yang kita lakukan menentukan masa depan bumi. Jadi kenakan sepatu kalian dan mulailah melangkah, #BersamaBergerakBerdaya, melakukan aksi nyata demi bumi tercinta.

“Yuk, bagikan mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan”

#UntukmuBumiku #TeamUpForImpact #MudaMudiBumi #BersamaBergerakBerdaya

Sumber referensi :

https://dibi.bnpb.go.id/

https://www.un.org/en/climatechange/science/causes-effects-climate-change

https://wwf.panda.org/discover/our_focus/forests_practice/importance_forests/?gclid=EAIaIQobChMIwqi-jorzgQMVaJBLBR1DdgBDEAAYAyAAEgLIc_D_BwE

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220704142800-37-352764/apa-itu-perubahan-iklim-penyebab-dampak-cara-mengatasinya

https://www.cnbcindonesia.com/research/20230918111352-128-473331/jadi-sorotan-media-asing-seberapa-parah-kebakaran-hutan-ri

Foto, sampul, : Asria Ali / Dokumen pribadi

Animasi : Asria Ali. design by canva

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Satu pemikiran di “Mari Bergerak Bersama Melawan Perubahan Iklim dan Melindungi Hutan Kita”