Pekerjaan yang sesuai passion, belum tentu pekerjaan yang tepat untuk Anda.
Rutinitas harian Anda dimulai pada pagi hari. Kegiatan pertama setelah bangun pagi adalah melihat jam dinding lalu bergegas ke kamar mandi, Menghabiskan waktu 30 menit untuk memilih pakaian yang pantas (bukan yang nyaman), untuk Anda kenakan. Pakaian yang sebenarnya bisa menghambat kreativitas.
Anda sarapan sambil mengecek ponsel. Lalu kembali memastikan berkas yang semalam telah Anda siapkan Berjalan ke luar rumah sambil menenteng tas berat itu. Memasuki kendaraan lalu meluncur menuju neraka. Maaf, maksudnya, tempat kerja Anda.
Tiba di kantor, rekan-rekan menyapa. Beberapa dari mereka menggoda Anda tentang isu kemarin sore. Beberapa lagi, mengomentari penampilan Anda. Percakapan kantor mulai hangat. Ketika manajer berbaur percakapan itu sedikit mereda. Lalu lenyap sama sekali ketika bos besar muncul dari balik pintu kaca.
Kalian semua melihat ke arah dia. Tapi dia hanya melihat beberapa diantara kalian Kekompakan tim dimulai dengan gemuruh basa-basi. “Selamat pagi pak,” “Selamat pagi bu”. Di area ini Anda merasa harus selalu menjaga keramahtamahan, kesopanan, etika, dan norma. Artinya di tempat ini, Anda harus selalu mengenakan topeng terbaik Anda.
Pekerjaan tidak sesuai passion
Rutinitas yang Anda anggap menjenuhkan ini, sayangnya tidak hanya sekedar menjenuhkan.
Anda ditugaskan menemui beberapa klien. Mereka selalu membuat Anda menunggu. Kegelisahan menyeruak begitu Anda membayangkan ketidakpastian. Dan benar, negosiasi terkadang tidak berjalan lancar. Anda harus kembali ke kantor, menemui atasan hanya untuk melaporkan kegagalan. Konon, rasa tidak percaya diri bisa membunuh jiwa. Jika ini sering terjadi, bos besar akan mulai berhitung mengenai gaji bulanan Anda dengan apa yang bisa mereka dapatkan dari Anda. Anda mulai meyakini dalam hati. Anda membenci pekerjaan ini.
Anda tidak perlu khawatir. Anda bukan satu-satunya orang yang tidak menyukai pekerjaan. Ada jutaan orang di dunia ini yang tidak menyukai pekerjaan mereka. Merasa jenuh dengan rutinitas harian mereka yang monoton. Membenci apa yang harus mereka lakukan untuk mencari uang. Itulah sebabnya istilah “I hate Monday” ini cukup populer.
Anda mulai berpikir, apakah mungkin untuk membalikkan keadaan? Orang-orang menyarankan kita untuk menemukan pekerjaan yang sesuai passion kita, apakah itu jalan keluar untuk pekerjaan kita yang mulai menjenuhkan dan melelahkan ini? Apakah itu artinya bekerja sambil bersenang-senang?
Haruskah kita berhenti dari pekerjaan kita saat ini dan mengejar pekerjaan yang sesuai dengan passion kita?
Haruskah Mengejar Passion?
Anda bisa mengikuti saran itu, melakukan pekerjaan yang sesuai dengan passion, minat atau hobi Anda. Gagasan itu memang kedengaran hebat dan masuk akal. “Mengubah hobi menjadi pekerjaan tidak akan terasa seperti bekerja”, begitu kata pakar kehidupan. Ini adalah nasihat kuno yang terus diulang-ulang sepanjang sejarah. Dibahas panjang lebar, dan telah meyakinkan banyak orang, termasuk saya sendiri,(awalnya) Siapa pula yang tidak ingin melakukan pekerjaan yang disukainya? Apalagi jika kita tipikal pekerja kebanyakan.
Tetapi tahukah Anda, bekerja sesuai passion bisa sama menjenuhkannya dan sangat mengecewakan
Sangat mengecewakan, karena dibalik teorinya yang terkesan hebat, dan didukung oleh banyak motivator dunia, nasihat ini ternyata tidak berhasil untuk semua orang. Saya mulai menemukan kegagalannya yang luar biasa.
Kegagalan dari Gagasan Bekerja Sesuai Passion
Idenya sebenarnya cukup jelas. Pertama-tama kita harus menemukan minat kita, lalu mencari pekerjaan atau bekerja sesuai dengan minat kita itu. Di persepsi kita, ini bisa berarti menghindari segala sesuatu yang terlihat seperti pekerjaan.
Saya menemukan minat saya sebagai penulis. Dan ingin mengubahnya menjadi pekerjaan. Menulis adalah passion saya. Namun ketika saya menjadikan menulis ini sebagai pekerjaan saya, ini akhirnya bukan lagi tentang saya. Tapi ini tentang Anda.
Apakah Anda menyukai apa yang saya kerjakan? Apakah Anda menyukai tulisan saya? Ini sekarang jauh lebih penting bagi saya, dibanding apakah saya menyukai pekerjaan saya?
Ketika kegiatan menulis saya hanyalah sekedar hobi, tidak penting bagi saya Anda menyukai apa yang saya lakukan atau tidak. Namun ketika saya telah mengubahnya menjadi pekerjaan, kesan Anda menjadi fokus utama saya.
Anda bisa menengok para seniman, pelukis, musisi dan berbagai profesi yang selalu diklaim berasal dari hobi. Apakah mereka masih bisa eksis hingga hari ini jika tidak ada satupun orang yang menyukai karya mereka? apakah mereka akan tetap mencintai dan menjalani pekerjaan passion mereka sampai mati jika tak ada satupun orang yang terkesan dengan apa yang mereka kerjakan?
Kegagalan selanjutnya dari nasihat “bekerja sesuai passion” adalah ketika saya melihat beberapa orang tidak dapat lagi menikmati hobi mereka setelah mereka menjadikannya sebagai pekerjaan. Mereka mengubah hobi mereka menjadi sumber utama mereka menghasilkan uang. Dan apa yang terjadi, mereka gagal menghasilkan uang dari sana. Beberapa diantara mereka akhirnya menyesal telah meninggalkan pekerjaan mereka yang berpenghasilan tinggi, demi mengejar pekerjaan yang mereka impikan,
Mereka tidak melihat bagaimana sebagian kita yang terlanjur mencari nafkah dengan mengikuti passion, telah kelelahan karena harus berjuang untuk memenuhi tuntutan hidup. Saya kira, kita harus berhenti berpura-pura mengklaim gagasan ini berhasil pada pekerjaan kita agar tidak menimbulkan banyak korban.
Tapi bagaimana jika gagasan itu benar-benar berhasil?
Meskipun berhasil pada kita, tapi belum tentu dapat berhasil pada semua orang. Situasi setiap orang berbeda-beda.
Mudah melakukan pekerjaan yang Anda sukai jika pekerjaan yang Anda sukai memiliki nilai finansial tetap dan memuaskan dibandingkan misalnya menjadi penulis blog penuh waktu seperti saya, yang mengandalkan penghasilan tak menentu dari iklan atau proyek yang juga tidak menentu.
Dan lebih mudah mengerjakan yang Anda sukai jika orang tua atau pasangan Anda, menanggung biaya hidup Anda.
“Bekerja sesuai passion” adalah gagasan yang gagal mempertimbangkan kenyataan hidup. Gagasan ini justru membuat sebagian orang tidak mampu mencapai kenyamanan hidup karena tidak lagi mampu mensejahterahkan dirinya.
Hal yang paling mengejutkan dari gagasan “bekerja sesuai passion” ini adalah ketika orang disarankan bekerja pada bidang yang mereka sukai bukan di bidang yang mereka kuasai. Terkesan ngawur bukan? Seakan-akan passion itu sudah di atas segala-galanya. Bahkan diatas kesejahteraan hidup orang itu sendiri.
Kita akhirnya menemukan fakta, orang yang hobi memasak tetapi masakannya tidak mampu memenuhi selera kebanyakan orang. Orang yang hobi menulis belum tentu bisa menghasilkan tulisan berkualitas dan bernilai jual. Tidak semua yang menyukai travelling pandai mengkomersialkan aktivitas perjalanannya. Mereka yang hobi menyanyi bisa saja memiliki suara buruk yang mengganggu di telinga orang.
Baca: Kerja Keras Tidak Bisa Membuat Anda Kaya
Daripada mengejar passion dan membangun karir berdasarkan passion tersebut, fokuslah pada kualitas pekerjaan Anda saat ini. Minat dapat tumbuh seiring berjalannya waktu. setelah Anda menjalani pekerjaan Anda bukan sebelumnya.
Semakin banyak keberhasilan yang Anda ciptakan dalam pekerjaan Anda, semakin besar kemungkinan Anda akan menikmati pekerjaan itu dan menganggapnya sebagai passion Anda.