etika memperlakukan orang

Apakah Anda tahu bagaimana orang ingin diperlakukan?

Semua orang ingin diperlakukan dengan baik. Itu aturan dasarnya. Tapi kita masih bertanya-tanya bagaimana teknik memperlakukan orang dengan cukup baik itu? Perlakuan seperti apa yang bisa diterima orang? Lalu muncullah kalimat bijak ini “perlakukanlah orang lain seperti Anda ingin diperlakukan”. Ini terdengar cukup bijaksana. Kita cukup bertanya ke diri sendiri perlakuan seperti apa yang bisa kita terima untuk mengetahui bagaimana mereka ingin diperlakukan. Saran yang bagus. Kita akan memperlakukan orang dengan cukup baik tentunya karena kita juga ingin diperlakukan dengan baik.

Kita tidak akan menghina orang lain karena kita tidak terima dihina. Tidak akan merampas milik orang lain karena kita sendiri tidak ingin milik kita dirampas. Apa yang tidak ingin Anda lakukan pada diri sendiri, jangan lakukan pada orang lain. Kita harus bersikap terhadap orang lain sebagaimana kita ingin mereka bertindak terhadap kita. Ya itu saran yang baik dan mudah dipahami.

Sampai suatu ketika kita membawanya lebih jauh ke dalam kehidupan sosial yang lebih kompleks dan berhubungan dengan orang-orang yang berbeda dengan kita. Kita akhirnya menyadari, gagasan bijak “perlakukanlah orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan”, tidak sebaik yang kita kira.

Kita ternyata masih mengalami kesalahpahaman dengan orang lain tentang perlakuan seperti apa yang bisa mereka terima. Mengapa ketika kita sudah memperlakukan mereka dengan cukup baik, seperti kita ingin diperlakukan, namun hal ini tidak berhasil pada sebagian orang.?

Sebagian kita senang berkumpul dan bekerja dalam sebuah tim. Menyukai tempat terbuka yang ramai. Menyelesaikan masalah secara langsung dan berkonfrontasi secara terbuka. Lalu kita menganggap mereka yang introvert, si pendiam dan tertutup ini, juga menyukai itu. Maka lahirlah konflik.

Sebagian kita tidak menjadi masalah jika orang lain melupakan hari Anniversary atau mungkin ulang tahun kita. Tapi hal ini bisa menjadi sebuah masalah bagi sebagian orang. Biasanya yang berada dalam sebuah hubungan manis. Yang akhirnya membuat hubungan menjadi buruk bagi kedua belah pihak.

Dan celakanya gagasan memperlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan bahkan memakan korban. Dalam sebuah kasus kejahatan pelecehan seksual, kita mendengar pelaku menggunakan secara salah kaprah gagasan bijak itu. Pelaku menganggap korban menyukai perlakuannya sebagaimana pelaku menyukai jika diperlakukan seperti itu.

“Perlakukanlah orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan,” telah menyebabkan kesalahpahaman sering terjadi. Gagasan ini hanya terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan sesuatu yang benar-benar buruk seperti memperlakukan orang lain dengan semena-mena. memukul orang lain, atau perlakuan buruk lainnya, dimana Anda sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu. Gagasan ini mungkin akan baik-baik saja sebatas itu. Selama kita tidak membawanya lebih jauh sehingga menyebabkan kesalahpahaman.

Lalu bagaimana jika setiap hari orang-orang di seluruh dunia bertindak sesuai dengan gagasan itu dan menganggap tindakan mereka benar dan baik?

Ada ruang sempit di dalam kepala kita dan kita terjebak disana sekian lama. Berpikir orang-orang seperti kita , menyukai apa yang kita suka, membenci apa yang kita benci.

Kita masih berpusat pada diri kita sendiri dan melihat dunia melalui pikiran subjektif kita, termasuk pendapat kita tentang orang lain dan bagaimana kita memperlakukan mereka.

Kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan dengan mengabaikan diri asli mereka dan membutakan diri kita dari karakter orang yang sama sekali berbeda dari kita. Mengesampingkan nilai dan privasi mereka. Pengalaman mereka yang mungkin berbeda dari pengalaman kita sendiri. Jadi kita memaksakan pandangan kita sendiri kepada orang lain dan berasumsi bahwa kita telah memperlakukan mereka dengan baik karena sesuai dengan nilai dan standar kita.

Sering kali orang menerapkan ini tanpa merasa bersalah dan saya ingin mengatakan kepada mereka ” Hai jangan lakukan itu, apa yang kamu pikir saya menginginkannya seperti kamu menginginkannya, selera kita berbeda”. Saya tidak selalu menginginkan apa yang tampaknya diinginkan banyak orang.

Tidak masalah jika kita benar-benar menginginkan yang terbaik untuk seseorang Tapi apakah kita tahu apa yang baik untuk orang lain? Apakah kita tahu apa yang mereka sukai dan yang tidak? Apakah kita tahu?

Kecuali jika kita hidup dan menjadi mereka dalam sehari, mungkin kita dapat lebih mengerti dan lebih berempati tapi tentu bukan begitu cara kerjanya. Jadi berhentilah berasumsi bahwa kita tahu bagaimana orang ingin diperlakukan jika kita tidak peduli untuk mencari tahu seperti apa perlakuan baik bagi mereka.

Ini akhirnya memunculkan gagasan yang berbeda “Perlakukanlah orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan.” Ini gagasan yang mungkin lebih baik. Namun apakah kita siap bekerja lebih untuk itu?

Beberapa dari kita tidak secara alami melihat perspektif orang lain atau dengan mudah memahami orang-orang di sekitar kita, yang berarti bahwa untuk memperlakukan orang dengan baik kita perlu mengenal mereka dengan lebih baik dan bertanya kepada mereka bagaimana mereka ingin diperlakukan sehingga tidak ada kesalahpahaman.

Memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan, juga memiliki kelemahan. Jika kita memperlakukan orang seperti mereka ingin diperlakukan maka dapat membuat kita bertindak secara berbeda ke setiap orang. Ini bisa membuat orang mengeluh dan merasa tidak diperlakukan dengan cara yang sama. Walaupun dengan cara berbeda belum tentu tidak adil. Aturan ini juga dapat membuat kita bertindak terhadap mereka dengan cara yang bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip kita sendiri. Jadi aturan ini juga tidak berarti lebih baik.

Dilematisnya etika dalam memperlakukan orang. Lalu gagasan mana yang lebih baik?

jika kita membiarkan gagasan pertama memimpin, maka kita masih cukup egois untuk memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan dan hanya fokus pada diri sendiri. Sementara memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan, juga tidak mudah. Memerlukan pemahaman kebutuhan yang lebih spesifik mengenai bagaimana setiap orang ingin diperlakukan.

Mungkin gagasan untuk memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan, dimaksudkan sebagai sarana untuk menanamkan etika dasar untuk tidak memperlakukan orang dengan cara yang buruk. Sementara yang kedua “perlakukanlah orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan” adalah untuk lebih memahami perbedaan atau karakteristik setiap individu dalam memperlakukan mereka.

Pada dasarnya, semua bentuk gagasan, etika, aturan atau apapun itu kita menyebutnya, berpusat di sekitar konsep dasar yang sama dan di sekitar niat dasar yang sama. Yaitu semua bertujuan untuk membantu kita memperlakukan orang lain dengan lebih baik.

Hubungan yang paling kuat bekerja dengan sangat baik karena didasarkan pada perlakuan yang baik, bukan pada asumsi yang hanya bercermin pada diri sendiri dan merugikan diri sendiri.

Semoga bermanfaat

Baca : Bahaya yang Mengintai dari Niat Baik

Catatan Zatlog

“Saya dekat dengan mereka yang tak ingin diperlakukan istimewa tapi memperlakukan orang lain demikian”.

-Kahlil Gibran

Asria Ali

Sedang menulis

Artikel yang Disarankan