
Apakah niat baik dengan hasil yang buruk masih layak dihargai?
Sebuah gereja di Port Harcourt, negara bagian Rivers, Nigeria mengadakan acara amal dengan membagikan makanan untuk warga lokal. Acara tersebut berakhir menjadi bencana. Sebanyak 31 orang dikabarkan tewas akibat terinjak-injak dalam kerumunan. Demikian berita sebuah laman kompas.com
Realitas tragis! Pelajaran apa yang kita dapat?
Mungkin pelajaran terbesar dari tragedi ini adalah bahwa tidak ada jaminan dalam niat baik. Niat baik dapat memiliki hasil dan konsekuensi yang membawa malapetaka. Peristiwa di gereja Harcourt hanyalah salah satu dari beberapa peristiwa serupa yang juga pernah terjadi, yang dapat menggambarkan ini secara utuh, Tentu saja ini adalah pelajaran yang menyedihkan untuk melihat sejauh mana konsekuensi dari sebuah niat baik.
Pernahkah kita bertanya, mengapa orang kurang mengukur konsekuensi dari tindakan mereka dan tidak terlalu memikirkannya jika menganggap itu didasari oleh niat yang baik?. Apakah mereka bertindak dengan sengaja atau tidak?
Kita menyadari tak ada yang mampu memprediksi masa depan. Seperti memprediksi kerumunan yang dapat menyebabkan kekacauan dan bencana. Yah mungkin bisa sebatas gambaran kecil. dan hal-hal yang tak terduga bisa saja terjadi. Namun sepertinya orang masih saja, kurang memperhitungkan konsekuensi dari sebuah niat baik. Kebalikannya niat buruk justru lebih diperhitungkan.
Itulah mengapa kita terbiasa mengucapkan atau mendengar kalimat ini: “Yang penting niat kita baik”.
Apakah ini salah satu cara melepaskan diri dari tanggungjawab jika hasil buruk benar-benar terjadi? atau mungkin salah satu cara meremehkan dan tidak peduli dengan tindakan dan hasil?
Saya pikir logika dan pengetahuan harus juga diterapkan pada niat atau hal-hal berbahaya terjadi lagi.
Niat baik tidak secara otomatis mengarah pada hasil yang baik. Namun bisa sebaliknya. Kita selalu berharap agar terhindar dari orang-orang yang berniat buruk, tapi tidak untuk orang yang berniat baik. Padahal begitu banyak masalah yang telah terjadi di dunia ini berasal dari niat baik yang diimplementasikan dengan cara yang salah.
Dietrich Dorner, seorang psikolog Jerman yang mempelajari kepemimpinan dan pengambilan keputusan di lingkungan yang kompleks mengatakan bahwa ada lebih banyak kerugian yang di lakukan di dunia saat ini oleh orang-orang yang bermaksud baik, yang mencoba berbuat baik, tapi tidak menyadari konsekuensi yang tidak diinginkan dari tindakan mereka daripada oleh orang-orang yang benar-benar mencoba untuk menyebabkan kerugian. (dikutip dari Peter T Coleman)
Kita sesungguhnya cukup mudah mengidentifikasi dan menemukan beberapa peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya di sekitar kita yang kita kenali sebagai konsekuensi buruk yang berasal dari niat baik, Atau jika kita cukup objektif, cukup memeriksa niat baik kita sendiri selama ini. Seberapa banyak niat baik kita telah memberi hasil yang buruk atau menyebabkan kekacauan?
Dan seberapa sering muncul pembelaan seperti ini “saya hanya bermaksud baik”
“Niat baik” selalu membantu membenarkan tindakan kita untuk diri kita sendiri bukan?. Sudah begitu tertanam dalam sifat manusia. Butuh kerja keras dan waktu panjang untuk mengubahnya.
Kita sering lupa jika niat itu berhubungan dengan hasil yang diinginkan dari tindakannya Kita baru dapat memiliki niat baik itu jika kita percaya hasilnya baik. Kita tidak bisa menganggap bahwa kita memiliki niat baik jika kita tidak peduli dengan hasilnya.
Disinilah letak ambiguitasnya. ketika niat itu justru tidak peduli dengan hasil.
Seberapa penting niat dibandingkan hasil, masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Dan saya tidak ingin berada di gagasan itu. Menurut saya semuanya adalah satu kesatuan yang tidak seharusnya terpisahkan. Walaupun niat seringkali berdiri sendiri tanpa aksi dan hasil. Seperti resolusi tahun baru yang banyak tercipta tapi hanya sedikit yang mampu tercapai.
Niat penting dalam kehidupan sehari-hari dalam segala macam situasi. Tapi penting juga memeriksanya untuk memastikan tindakan itu terukur agar hasilnya sesuai dengan niatnya.
Kita tidak bisa berasumsi bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dari niat baik kita akan menjadi positif. Kita harus mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi negatif sebelum melakukan eksekusi. Jika niat baik kita menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan. maka niat tersebut tidak bermoral terlepas dari keagungan niat kita. Tapi kabar baiknya, jika hasilnya buruk, itu tidak berarti kita orang yang buruk. Kecuali jika niat kita itu memang buruk.
Ada istilah yang mengatakan bahwa Jalan menuju neraka di aspal dengan niat baik. Melihat dari seringnya niat baik itu berakhir menjadi bumerang Beberapa upaya yang mengesankan dan tampaknya baik telah menyebabkan beberapa kegagalan spektakuler. Mengejar kebaikan seringkali mendorong seseorang untuk bergerak melampaui batas.
Salah satu cara umum dimana niat baik dapat menjadi bumerang adalah ketika kita begitu yakin dan percaya bahwa kita bertindak untuk kepentingan seseorang tetapi sebenarnya salah membaca orang tersebut atau situasinya dan akhirnya bertindak dengan cara yang melanggar batasan mereka.
Di posisi sebaliknya, sangat sering kita terpaksa menerima niat baik seseorang bahkan jika caranya sangat mengganggu dan tidak menyenangkan. Demi menghargai sebuah niat baik kita terpaksa menurunkan batasan kita. Entah apakah aturannya sudah seperti itu. Hal ini cukup sering menyebabkan kesalahpahaman. Fakta bahwa mereka bermaksud baik kepada kita justru merugikan menurut kita
Kita berkumpul menjenguk kerabat yang sakit namun membuat mereka terpaksa terjaga dengan lemah disaat membutuhkan waktu istirahat lebih banyak.
Kita ingin menunjukkan rasa simpati kepada seseorang yang baru berduka dengan berkerumun di kediamannya di saat dia dan keluarganya justru membutuhkan privasi dan ingin menenangkan diri. Mereka tetap menghargai niat baik kita, tentu saja. Tapi dengan cara yang sulit.
Kita selalu membenarkan tindakan kita atas dasar niat yang baik. Niat baik itu telah membuat kita menjadi egois dan arogan karena bertindak tanpa memikirkan sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Pada akhirnya, berpegang teguh pada niat baik yang Anda anggap benar tidak selalu benar. Benar tidak selalu berhasil dan hasil tidak selalu mengarah pada kesuksesan. Kita perlu lebih memperhatikan konsekuensi dan resiko dari niat baik kita, termasuk sudut pandang orang lain.
Semoga kita selalu terhindar dari niat baik yang merugikan.

Catatan Zatlog
“Selalu menarik untuk bisa berbuat baik dengan mengorbankan orang lain.”
-Milton Friedman