Belum lama ini kita dikejutkan dengan kasus mengenai pertambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung. Hal yang mengejutkan saya bukan hanya besarnya nilai kerugian ekologis yang dikabarkan mencapai 271 Triliun. Namun bagaimana keresahan yang sekian lama menyelimuti pikiran saya mengenai dampak kerusakan lingkungan akibat industri pertambangan ternyata jauh lebih miris dari yang saya bayangkan.

Lebih miris lagi, mengetahui pertambangan tersebut dikelola secara ilegal.

Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan

Dalam setiap aktivitas pertambangan, kita tentu menyadari, ada lingkungan yang dikorbankan. Oleh karena itu, untuk meminimalisir dampak kerusakan lingkungan ini, maka setiap perusahaan tambang dan kegiatan penambangan itu sendiri harus memiliki izin dan mematuhi prinsip penambangan yang telah ditetapkan.

Jika pertambangan dikelola tanpa izin (ilegal), dapat beresiko merusak lingkungan lebih besar. Karena penambangan tanpa izin, dapat beroperasi tanpa menerapkan prinsip pertambangan yang baik dan benar (good mining practice). Terutama dalam hal pengelolaan limbah.

Meski penambangan bukan satu-satunya aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan, namun penambangan termasuk aktivitas yang menimbulkan resiko sangat besar terhadap lingkungan. Berbagai kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pertambangan antara lain, polusi, deforestasi, kerusakan ekosistem, hilangnya keanekaragaman hayati, pencemaran air dan tanah serta produksi limbah berbahaya.

Limbah pertambangan, yang biasanya oleh pihak penambang disebut “produk akhir”, bisa mengancam keselamatan jiwa manusia. Dalam praktek pertambangan, setelah logam berharga diekstraksi dari bijih, yang seringkali menggunakan bahan kimia berbahaya, jutaan meter kubik batuan sisa yang terkontaminasi tetap ada, yang disimpan di tailing tambang.

Tailing atau limbah pertambangan ini, dapat mengancam keselamatan jiwa manusia, seperti yang terjadi di Brasil pada tahun 2019 yang dikenal sebagai Insiden Brumadinho. Yaitu runtuhnya bendungan tailing di tambang besi Brumadinho, yang menimbulkan korban tewas mencapai 270 orang.

Selain itu, praktek pembukaan lahan untuk industri pertambangan masih menjadi ancaman serius terhadap hutan-hutan di Indonesia.

Pada 15 September 2022 CNBC Indonesia menurunkan tulisan dengan tajuk yang menarik untuk dicermati “Soal Babat Hutan untuk Tambang, Indonesia Juara Satu”. Bagaimana tidak, Indonesia berhasil menyumbang 58,2 persen perusakan hutan tropis di dunia, akibat pertambangan. Ini tentu pencapaian yang luar biasa (dalam konteks negatif).

Senada dengan CNBC Indonesia, Kompas.id, juga menulis, Indonesia mengalami deforestasi hutan tropis tertinggi di dunia terutama disebabkan oleh pertambangan batu bara di Kalimantan Timur yang kehilangan 19 persen tutupan pohonnya dalam dua dekade terakhir.

Deforestasi hutan tropis dari industri pertambangan di indonesia mencapai puncaknya pada periode tahun 2010-2014. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal PNAS pada Senin (12/9/2022) oleh Stefan Giljum dan tim, dari Institute for Ecological Economics , Vienna University of Economics and Business Austria. Dimana kajian dilakukan terhadap 26 negara yang memiliki hutan hujan tropis dalam rentang periode 2000 hingga 2019.

“Kami menemukan, 3.264 kilometer persegi hutan di dunia telah hilang yang diakibatkan oleh industri pertambangan, dimana 80 persen terjadi hanya di empat negara, yaitu Indonesia, Brasil, Ghana dan Suriname.”

Stefan Giljum, profesor di Institute for Ecological Economics Vienna University of Economics and Business. (Dikutip dari laman kompas.id)

Menurut pandangan penulis, perlu ada ketegasan yang lebih kuat mengenai posisi hutan di mata Indonesia. Perlu ada pengawasan yang lebih ketat dan tindakan yang lebih tegas dalam melindungi hutan dari pertambangan. Kita telah kehilangan hutan dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Kondisi ini menuntut adanya gerakan nasional penyelamatan hutan dengan melibatkan seluruh komponen bangsa. Selama ini, saya melihat, pemerintah, justru seakan dihadapkan pada dilema. Yaitu, antara memenuhi kebutuhan ekonomi atau menjaga kelestarian lingkungan. Padahal masalah utama dari pertambangan ada pada tata kelolanya.

Dan ketika hutan Indonesia terpaksa berhadapan dengan pertambangan, hutan kita seakan tiada nilainya.

Meskipun tidak mampu memproduksi emas, tembaga, timah dan batu bara seperti halnya pertambangan, namun hutan kita mampu menyediakan oksigen dan menyerap karbon dioksida. Hutan mengatur ekosistem, mengatur sistem air kita, meningkatkan curah hujan, dan kualitas air yang kita butuhkan dalam bertahan hidup.

Hutan dapat menjadi senjata kita dalam menghadapi perubahan iklim. Hutan memiliki kemampuan dalam menstabilkan iklim, berperan dalam siklus karbon dan menjadi solusi emisi gas rumah kaca.

Sejauh ini, kita telah merasakan berbagai dampak dari perubahan iklim bukan? Seperti suhu panas, kekeringan, banjir dan tanah longsor. Aktivitas umat manusia seperti pertambangan, adalah salah satu aktivitas yang berkontribusi besar terhadap perubahan iklim.

Kutukan Sumber Daya Alam Indonesia

Saya berkunjung ke Bangka Belitung dalam momen liburan beberapa tahun yang lalu. Sesaat sebelum Indonesia dihantam oleh Pandemi Covid-19. Bukannya kembali ke Jakarta dengan membawa sebuah pengalaman indah nan mengesankan mengenai pantai Bangka Belitung yang mempesona, dengan bebatuan granitnya yang memukau mata, namun saya pulang dengan setumpuk keresahan di hati dan segudang pertanyaan-pertanyaan kritis di kepala.

“Sampai kapan kerusakan lingkungan ini terjadi?”

“Sampai kapan kita akan mengorbankan kelestarian bumi pertiwi untuk industri pertambangan?”

Bekas tambang timah
Penulis dengan latar area bekas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung, tahun 2019 / Dok.Pribadi

Saat berkunjung ke Bangka Belitung, selain mengunjungi tempat wisata, saya juga mengunjungi lokasi pertambangan. Lebih tepatnya bekas pertambangan timah Dan disitulah mungkin titik awal mulanya, saya tidak lagi berbangga hati memiliki negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Ya, melihat sendiri jejak kerusakan lingkungan yang terjadi di depan mata saya, lahan yang porak-poranda disana-sini, pohon-pohon yang meranggas diterjang oleh jutaan kubik limbah hasil tambang, rasanya sulit untuk menerima SDA ini sebagai berkah atau anugerah.

Jika kita menyadari dampak kerusakan yang ditimbulkan dari pengelolaan SDA yang serampangan, kita mungkin akan lebih mudah untuk melihat SDA kita sebagai ancaman bahkan kutukan.

Kutukan Sumber Daya Alam atau Resource Curse bukanlah istilah yang asing. Bahkan istilah ini sudah seringkali diangkat di berbagai studi, terutama jika meneliti tentang SDA pertambangan.

Resource Curse mengacu pada fenomena yang terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya alam namun tidak mampu menjadi negara yang makmur. Malah sebaliknya, negara yang kaya SDA ini mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dan perekonomian yang buruk dibandingkan negara-negara yang sumber daya alamnya terbatas.

Indonesia dan Singapura adalah salah satu contoh perbandingan terbaiknya.

Kekayaan alam Indonesia bisa dianggap sebagai kutukan. Ini karena SDA Indonesia yang seyogyanya digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, sesuai amanat UUD 45 Pasal 33 ayat 3, justru malah memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Seperti kerusakan lingkungan, konflik sosial, serta ketimpangan dan kesenjangan pembangunan di beberapa daerah. Hal ini diakibatkan buruknya tata kelola SDA di Indonesia. Terutama berkaitan dengan praktik korupsi di sektor pertambangan yang masih merajalela.

Kasus pertambangan timah yang kerugiannya mencapai 271 Triliun yang mencuat baru-baru ini, seakan memperkuat asumsi kutukan SDA Indonesia.

Pentingnya SDM Terbarukan Demi Bumi Pertiwi yang Lestari

Kita tentu tidak ingin kekayaan SDA indonesia benar-benar menjadi kutukan. Kita perlu mengupayakan SDA kita yang masih tersisa ini dapat menjadi berkah dan anugerah bagi masyarakat Indonesia.

Untuk memastikan sumber daya alam Indonesia dapat memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan rakyat sekaligus menjaga alam Indonesia tetap lestari, kita perlu sumber daya lain yang dapat diandalkan yaitu Sumber Daya Manusia Terbarukan.

SDA yang melimpah harus diimbangi dengan SDM Terbarukan agar SDA tersebut dapat dikelola dengan baik. Dengan SDM terbarukan maka sumber daya alam yang kita miliki akan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi perekonomian negara, tanpa harus merusak kelestarian bumi pertiwi.

Apalagi, jika kita terus-menerus bergantung pada sumber daya alam yang terbatas, yang tidak dapat diperbarui seperti emas, tembaga atau batu bara, maka itu dapat menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan perekonomian negara kita. Karena SDA terbatas, yang tidak dapat diperbarui akan habis jika terus-menerus dieksploitasi. Begitu pula dengan sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti hutan dan perkebunan, juga dapat berkurang jika tidak dikelola dengan baik melalui peranan SDM berkualitas.

Presiden ketiga RI, BJ. Habibie pernah mengatakan “Sejarah telah membuktikan bahwa negara yang mengandalkan pembangunan pada sumber daya alam terbatas seperti pertambangan, akan menjadi negara yang bangkrut”.

Kepada CNBC Indonesia, BJ. Habibie menjelaskan. meski Indonesia diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah, namun sumber daya alam Indonesia belum dapat diandalkan dalam mengatasi masalah. Sembari memberikan contoh, bagaimana negara seperti Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam tapi bisa mengatasi banyak masalah bahkan bisa memberikan gaji per kapita yang tinggi dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.

“Indonesia ke depan harus mengandalkan pada kualitas sumber daya manusia, bukan pada kekayaan sumber daya alam. Dengan mengutamakan pembangunan pada SDM, maka akan membuat sebuah bangsa memiliki daya saing dan produktivitas tinggi.”

BJ. Habibie

Ya. seperti kata BJ.Habibie, kita tidak boleh hanya mengandalkan SDA terbatas yang kita miliki. SDM kita sangatlah penting untuk masa depan Indonesia.

Menambang sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui seperti batu bara dan timah, meski mampu memberi manfaat ekonomi bagi Indonesia namun juga disertai dengan kerusakan lingkungan. Sementara dengan menambang SDM Terbarukan, maka Indonesia dapat memperoleh dua manfaat sekaligus, yaitu kesejahteraan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

Karena SDM Terbarukan adalah sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam mengelola SDA dan memiliki komitmen kuat dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Hal ini sejalan dengan tujuan SDGs atau Sustainable Development Goals yaitu pembangunan yang berkelanjutan.

SDGs adalah serangkaian tujuan yang ditetapkan oleh PBB untuk dicapai oleh seluruh negara di dunia di tahun 2030 nantinya. SDGs berisi 17 tujuan yang dirancang untuk mengatasi berbagai masalah global seperti kemiskinan, kelaparan, kesenjangan gender, perubahan iklim dan perlindungan lingkungan.

Lalu dimana Indonesia dapat menambang SDM Terbarukan?

Disinilah peta lokasi SDM Terbarukan Indonesia

Peranan UNY Dalam Mengembangkan SDM Terbarukan

Tuntutan akan SDM Terbarukan, demi masa depan Indonesia sudah tidak terelakkan. Kekayaan SDA indonesia harus dipadukan dengan SDM Terbarukan Indonesia. Ini merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Untuk menghasilkan SDM Terbarukan, salah satu bidang yang menjadi faktor kunci adalah pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yang memiliki peran penting dalam membangun SDM berkualitas adalah Perguruan Tinggi.

Dan salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki komitmen kuat dalam mengembangkan SDM Terbarukan, adalah Universitas Negeri Yogyakarta.

Kampus UNY, (Foto: Dok. UNY)

UNY adalah salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yang memiliki komitmen kuat dalam mengembangkan SDM Terbarukan. UNY aktif berperan dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan (SDGs) menuju Indonesia emas 2045. Komitmen ini selain ditetapkan dalam visi UNY: menjadi universitas kependididkan berkelas dunia yang unggul, kreatif, inovatif berkelanjutan. Juga diterapkan didalam berbagai program dan inovasi. Beberapa diantaranya yaitu membuka program studi magister ilmu lingkungan, penerapan kampus hijau dan teknologi ramah lingkungan inovasi mahasiswa UNY.

Program study magister ilmu lingkungan UNY.

Dikutip dari Laman UNY, menurut Wakil Direktur I Sekolah Pasca Sarjana UNY, Prof. Slamet Suyanto, Program studi magister ilmu lingkungan merupakan program studi yang mengembangkan ilmu lingkungan sebagai dasar ilmu-ilmu terapan yang mengintegrasikan ilmu lingkungan di dalam kajiannya seperti kesehatan lingkungan, pengelolaan lingkungan dan sebagainya.

“Keunggulan program studi magister ilmu lingkungan sekolah Pasca Sarjana UNY adalah dalam kajian pendidikan lingkungan. Prodi ilmu lingkungan yang ada saat ini belum memfokuskan pada pendidikan lingkungan hidup sebagai materi kajian yang diunggulkan” demikian kata Slamet Suyanto, dari laman UNY.

Kuliah S2 ilmu Lingkungan di UNY ini dapat diselesaikan dalam 3 Semester teori dan 1 Semester untuk penulisan tesis dengan total sejumlah 39 SKS yang terbagi dalam teori dan praktek. Sementara itu, mata kuliah yang ditawarkan UNY dalam program studi magister ilmu lingkungan ini, diantaranya Etika Lingkungan, Analisis mengenai Dampak Lingkungan serta Hukum dan Kebijakan Lingkungan.

Dan untuk mereka yang telah lulus dalam program pendidikan ini dapat berkarier sebagai peneliti lingkungan, pendidik, pengambil kebijakan atau wirausaha di bidang lingkungan.

Harapan saya, para lulusan prodi ilmu lingkungan, dapat memberikan solusi jitu dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan di Indonesia, termasuk isu-isu yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan akibat industri pertambangan.

Penerapan Kampus Hijau di UNY

Penggunaan mobil listrik yang ramah lingkungan di area kampus UNY (Foto: uny.ac.id)

Penerapan kampus hijau di UNY bukan sekedar menciptakan lingkungan kampus yang bersih, asri dan teduh. Namun juga dalam pemanfaatan sumber energi, yang efektif dan efesien. Seperti penggunaan sumber energi terbarukan panel surya dan biogas serta mengelola sampah dengan cara pengomposan dan daur ulang,

UNY juga menggalakkan penggunaan transportasi yang ramah lingkungan di area kampus. Seperti sepeda dan mobil listrik hingga Shuttle Bus untuk transportasi antar kampus dari Wates dan Gunungkidul.

UNY menggalakkan penggunaan sepeda di area kampus (foto: uny.ac.id)

Lingkungan kampus yang bersih, asri dan bebas polusi, selain menyehatkan juga meningkatkan minat belajar bukan? Untuk itu, sudah sepatutnya seluruh perguruan tinggi menerapkan kampus hijau di lingkungan kampusnya. Apalagi masalah lingkungan merupakan masalah bersama yang membutuhkan peran aktif dari semua elemen masyarakat, termasuk sivitas akademika.

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) juga konsisten mengikuti UI GreenMetric World University Ranking sejak tahun 2016. Pada pemeringkatan tahun 2022, UNY menduduki peringkat 17 Indonesia dan 126 dunia.

UI Greenmetric adalah sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memeringkat universitas berdasarkan upaya universitas dalam kelestarian lingkungan dan bagaimana mereka menerapkan praktek-praktek yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Selain mengukur upaya berkelanjutan universitas, UI Greenmetric juga mendorong perubahan positif dalam perilaku dan kebijakan lingkungan di dalam universitas di seluruh dunia serta membangun visi untuk jadi peringkat universitas dunia yang mampu membawa dampak positif pada lingkungan.

UNY juga tergabung dalam Universitas Indonesia GreenMetric Network. Yaitu jaringan universitas yang berkomitmen dalam mengedepankan kelestarian lingkungan. Jaringan ini menyediakan forum bagi universitas untuk berbagi praktik terbaik mereka dan bekerja sama dalam berbagai proyek penelitian dan pengembangan.

“Universitas Negeri Yogyakarta berkomitmen mengembangkan lulusan yang sadar akan tantangan lingkungan, dilengkapi pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan tersebut. Komitmen Universitas Negeri Yogyakarta dalam kelestarian lingkungan merupakan cermin misinya untuk menjadi universitas terkemuka dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat”.

UNY

Seperti menemukan oase di padang pasir, penulis seakan dibuat kembali optimis terhadap kelestarian bumi pertiwi. Kutukan SDA Indonesia tidak akan terwujud jika negara kita memiliki SDM berkualitas yang dihasilkan dari didikan di perguruan tinggi yang memiliki komitmen kuat terhadap kelestarian lingkungan, seperti Universitas Negeri Yogyakarta.

Data Center Ramah Lingkungan, Inovasi Mahasiswa UNY

Peran UNY dalam mendidik generasi terbaik bangsa selama enam puluh tahun patut diapresiasi. Seperti belum lama ini kita dibuat berdecak kagum dengan teknologi yang digagas oleh Mahasiswa UNY dengan membuat Data Center Ramah Lingkungan Terintegrasi Pembangkit Listrik Tenaga Ombak.

Data Center Bawah Laut dengan Listrik Tenaga Ombak, Inovasi Mahasiswa UNY. (Foto: uny.ac.id)

Pusat data atau data center merupakan tempat yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan, pengelolaan dan distribusi data secara terpusat. Data center ini memuat perangkat komputasi yang mengeluarkan suhu tinggi. Namun dengan Pembangunan data center di dalam laut atau SDC (Submerged Data Center) dapat meminimalkan penggunaan listrik karena teritegrasi pembangkit listrik tenaga ombak.

Ini adalah inovasi sekelompok mahasiswa UNY yaitu Silvia Larasatul Masyitoh, Damar Albaribin Syamsu, Satya Adhiyaksa Ardy, Munia Putri Nabila Rambe, dan Friska Tarihoran.

Dikutip dari laman uny.ac.id, ketua tim Silvia Larasatul Masyitoh, menjelaskan bahwa gagasan SDC dirancang untuk membantu mengatasi masalah ketidaksetaraan akses internet di wilayah pelosok Indonesia. Untuk mewujudkan society 5.0, industri 4.0 dan green computing di Indonesia. Pembangunan SDC sekaligus Base Transceiver Station (BTS) di daerah pesisisir Indonesia, diharapkan dapat menyetarakan infrastruktur internet dan menyediakan akses internet yang berkualitas, ramah lingkungan, handal dan stabil.

“Teknologi ini menunjukkan cara berkelanjutan dalam meningkatkan akses internet dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di wilayah terpencil dengan tetap memperhatikan pentingnya pelestarian lingkungan untuk keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem laut.” jelasnya.

Inovasi dari sekelompok mahasiswa UNY ini, menunjukkan keberhasilan UNY dalam mengembangkan SDM Terbarukan, SDM yang mampu menciptakan berbagai inovasi baru, berdaya saing teknologi dan berwawasan lingkungan.

Kesimpulan

Pada akhirnya, eksploitasi besar-besaran pada SDA dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan dapat berdampak secara langsung mengancam kehidupan manusia. Saat ini, dampak kerusakan lingkungan telah hadir di tengah masyarakat kita. Seperti suhu panas, kekeringan, banjir hingga tanah longsor.

Oleh karena itu, untuk pemanfaatan SDA dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, diperlukan SDM Terbarukan. Yaitu SDM berkualitas, unggul, berdaya saing teknologi dan berwawasan lingkungan. Peran SDM Terbarukan memungkinkan tercapainya tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan, sesuai dengan Sustaninable Development Goals (SDGs).

Perguruan tinggi perlu berperan dalam menghasilkan SDM Terbarukan, dan berkontribusi secara aktif dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Seperti yang dipraktekkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta.

UNY sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia, terus menerapkan strategi dalam mengembangkan SDM yang berkualitas, unggul, kreatif, dan inovatif berkelanjutan.

Untuk itu, kita perlu segera mengirim para lulusan SMA/SMK untuk belajar di UNY.

Sumber Referensi:

https://uny.ac.id/

https://www.uny.ac.id/id/berita/uny-dukung-penerapan-kampus-hijau-greenmetric

http://www.uny.ac.id/id/berita/data-center-ramah-lingkungan-terintegrasi-pembangkit-listrik-tenaga-ombak

http://uny.ac.id/id/berita/uny-buka-program-studi-magister-ilmu-lingkungan

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220915073100-37-372195/soal-babat-hutan-untuk-tambang-indonesia-juara-satu

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190501154924-4-69935/soal-sdm-bj-habibie-sebut-ri-bisa-tiru-singapura

https://en.wikipedia.org/wiki/Resource_curse

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/09/13/indonesia-sumbang-582-persen-perusakan-hutan-tropis-akibat-pertambangan

Sumber Foto/gambar:

https://uny.ac.id/

Asria Ali

Asria Ali

Sedang menulis

Artikel yang Disarankan