Balas dendam terbaik adalah dengan terus membuat kemajuan.
Tidak dapat dipungkiri, kebanyakan dari kita menyukai persaingan. Termasuk saya sendiri. Persaingan membuat kita termotivasi dan bersemangat. Namun bukan berarti kita harus mengubah lingkungan yang damai dan tentram menjadi medan pertempuran. Dan melihat pihak lain sebagai musuh bebuyutan . Atau menginginkan orang lain menelan kegagalan dan terpuruk dalam upaya dan kerja keras mereka.
Intinya, persaingan harus berlangsung damai dan menyenangkan bagi semua pihak. Termasuk persaingan di tempat kerja.
Tidak ada pihak yang kita harapkan menelan kegagalan di tempat kerja. Kita berdoa, semoga semua rekan kerja kita sukses, dan meraih pencapaian mereka masing-masing.
Seperti begini, banyak bintang di atas langit. Semua kita bisa mendapatkan bagian bintang yang sama. Kita hanya bersaing dalam waktu. Siapa yang meraih bintangnya duluan, itu artinya mereka memiliki kesempatan untuk memotivasi yang lain. Akhirnya kita berhasil membangun budaya kerja yang solid.
Sayangnya, persaingan di tempat kerja seringkali berlangsung culas dan kotor. Beberapa karyawan yang tengah meniti karir, berupaya mempromosikan dirinya dengan menjatuhkan rekan mereka yang lain.
Jika kamu termasuk orang yang suka menginjak kepala orang lain untuk membuatmu tampak menonjol di tempat kerja, kamu sebaiknya menghentikan perilaku burukmu ini dari sekarang.
Karena bisa jadi, sasaranmu adalah orang seperti Windi. Orang yang tenang dan percaya diri.
Kata-kata bisa lebih tajam dari pada pedang. Kalimat buruk dapat terlontar dari mulut seseorang dan sekarang lebih sering lewat jari di media sosial. Tapi Windi adalah air yang tenang sekaligus karang yang mencengkram lautan. Dia tetap mempertahankan versi dirinya yang kuat dan tenang itu bahkan ketika dia dihujani komentar-komentar buruk di lingkungan kerjanya, juga di media sosialnya.
Salah satu komentar buruk itu mengenai penampilan Windi yang dianggap tidak sesuai dengan usia dan identitasnya. Ini konyol menurut saya. Tapi faktanya orang-orang seperti ini semakin banyak saya temui. Sebagian besar bisa digolongkan sebagai narsistik spiritual. Mereka suka berkeliaran di media sosial dan mencari mangsa disana untuk mengutuk dan menghujat orang lain yang berbeda dengan mereka. Termasuk berbeda dalam hal penampilan dan pakaian.
“Sepertinya mereka ingin menciptakan dan memaksakan seragam khusus untuk generasi X, Y dan Z di Indonesia.” Saya benar-benar tidak habis pikir.
“Juga seragam khusus untuk mereka yang berkeyakinan A, B, C, D, dan E”. sambung Windi tertawa.
Windi selalu mengabaikan semua serangan negatif terhadapnya. Dia tetap tampil energik dan percaya diri. Hasilnya, dia semakin gemilang dengan kerja kerasnya. Membuat rekannya itu putus asa dan menyerah.
“Mengapa kamu tidak membalas mereka seperti yang mereka lakukan” Saya mulai penasaran dengannya.
Windi menjawab lugas “Aku sebenarnya seorang pendendam, jika seseorang merendahkanku, akan kubalas mereka dengan menghindar dan terus melangkah maju ke depan”.
Dia pendendam yang baik, pikir saya. Sungguh baik caranya membalas keburukan seseorang dengan terus maju dan memperbaiki diri. Ini sama seperti yang dikatakan oleh Dr. Phyllis Moreau “Balas dendam terbaik adalah dengan terus bergerak maju dan terus meraih kesuksesan, jangan pernah memberi seseorang kepuasan dengan melihatmu menderita”.
Seringkali, jika seseorang melakukan hal buruk kepada kita, kita terdorong untuk balas dendam dengan cara yang lebih buruk. Kita ingin melihat orang itu menderita.
Atau setidaknya bernasib sial, supaya kita bisa menertawakannya.
Kita ingin membalas hujatan atau komentar beracun di media sosial dengan tanggapan beracun yang lebih mematikan.
Namun balas dendam seperti itu, hanya akan membuat kita menjadi lebih buruk karena menempatkan kita di level yang sama dengan pelaku. Membuat mereka semakin bertingkah karena berhasil menarik perhatian kita. Akhirnya, balas dendam seperti itu hanya akan menyia-nyiakan waktu kita yang berharga.
Jadi satu-satunya cara terbaik untuk membalas dendam kepada orang-orang konyol seperti itu adalah dengan menghindar, melanjutkan hidup dan membuat kemajuan.