Persaingan Perusahaan Dalam Merekrut Karyawan

Kemana para kandidat berbakat?

Perusahaan membutuhkan karyawan namun terperangkap dalam ekonomi sulit, akhirnya melakukan perampingan karyawan, pemotongan gaji namun menambah beban kerja.

Beban perusahaan makin berat dihadapkan dengan perubahan teknologi dengan tenaga kerja yang belum kompeten. Kebutuhan perusahaan terhadap karyawan dengan keterampilan yang tinggi makin mendesak.

Perusahaan membuat keputusan! Lewat lowongan pekerjaan, posisi baru di perusahaan kembali dibuka.

Peluang baru hanya untuk para kandidat berbakat dengan kualifikasi tinggi. Namun perusahaan masih didasari pemahaman ini ; Kesempatan kerja masih langka! Begitu banyak pengangguran di luar sana. Mereka butuh pekerjaan dan perusahaan adalah Tuan yang memberi pekerjaan.

Perusahaan kembali bersikap arogan dengan syarat lebih ketat serta daftar wawancara yang lebih panjang sambil membayangkan pelamar yang membludak.

Namun apa yang terjadi ? Ketika keran pekerjaan telah dibuka, peluang mengucur deras, tak ada pelamar sesuai kualifikasi yang datang. Ada apa ini? kemana perginya para kandidat yang berbakat.

Perusahaan yang masih bertahan dengan pola lama ini, tidak menyadari. Ketika ekonomi mulai pulih, pasar mulai bangkit, teknologi menggeliat, maka kebutuhan akan tenaga profesional pun meningkat Disaat itu terjadilah perburuan yang agresif terhadap para kandidat-kandidat yang berbakat dengan posisi dan promosi yang lebih menarik.

Dunia berubah begitu cepat. Tidak terkecuali dalam hal rekrutmen. Saat ini bukan hanya kandidat yang saling bersaing untuk mendapatkan posisi di perusahaan. Persaingan perusahaan merekrut karyawan juga terjadi untuk mendapatkan kandidat terbaik.

Para agen yang dulunya dikejar oleh para pencari kerja untuk peluang pekerjaan namun sekarang dikejar oleh perusahaan untuk menemukan bibit-bibit unggul untuk perusahaan mereka.

“Persaingan untuk merekrut yang terbaik akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Perusahaan yang memberikan fleksibilitas ekstra kepada karyawannya akan memiliki keunggulan di bidang ini”

Bill Gates

Perusahaan-perusahaan mulai sadar akan pentingnya ikut dalam perburuan kandidat yang berbakat. Persaingan perusahaan merekrut karyawan untuk menarik para talenta ke perusahaan mereka sudah seperti layaknya kompetisi.

Perusahaan bersedia mengeluarkan modal besar. Membuat kompetisi, menyewa agen, membangun employer branding yang kuat, merangkul aplikasi, bahkan menggait kandidat pasif.

Tampak terburu-buru karena tak ada yang ingin ketinggalan.Teknologi telah melesat tinggi. Digitalisasi merangkul semua perusahaan Semua ingin beradaptasi dengan cepat. Karena tertinggal berarti bunuh diri secara perlahan.

Bagaimana dengan perusahaan yang masih bertahan dengan pola lama? harapan mereka dengan sikap dan upaya yang minim untuk mendapatkan kandidat berbakat karena menganggap para pencari kerja masih melimpah, hanyalah pemikiran yang telah usang. Tenaga yang siap kerja mungkin banyak tapi pasokan bakat menipis.

Rahasia kesuksesan saya adalah bahwa kami telah berusaha keras untuk merekrut orang-orang terbaik di dunia

Steve Jobs

Inilah salah satu yang menyebabkan banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur karena adanya ketimpangan antara profil lulusan perguruan tinggi dengan kualifikasi tenaga kerja siap pakai yang dibutuhkan perusahaan.

Dikutip dari kompas.com berdasarkan hasil studi Willis Towers Watson tentang Talent Management and Rewards sejak tahun 2014 mengungkap delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap pakai. Walaupun angka lulusan bertambah namun daya serap untuk perusahaan masih rendah karena minimnya skill yang dimiliki sesuai yang dibutuhkan perusahaan.

Di luar bayangan selama ini ternyata kita merangkul teknologi baru jauh lebih cepat. Ini membuka peluang untuk pekerjaan yang belum dipelajari di perguruan tinggi. Pada saat orang banyak lulus dari perguruan tinggi, keterampilan yang telah mereka pelajari sebagian besar menjadi usang,

Sementara perusahaan dihadapkan pada pasar pelanggan yang terus berubah. Kita dapat melihat saat ini dimana pelanggan menjadi semakin digital. Pekerjaan yang beberapa tahun lalu tidak ada seperti Data Analyst, SEO atau digital marketing manager dan masih banyak lagi, semakin diminati. Kebutuhan tenaga kerja terampil di bidang ini bersifat saat ini dan membutuhkan solusi jangka pendek.

Tren ini tentu membutuhkan talenta baru yang dapat menerapkan perubahan. Hal yang harus dilakukan oleh karyawan potensial untuk berhasil dalam masa seperti ini adalah memiliki kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru secara teratur.

Dan untuk perusahaan, hal yang harus dilakukan salah satunya adalah melakukan perubahan dalam praktek perekrutan. Strategi apa yang dapat dilakukan ketika pasokan bakat mengering, menjadi isu yang harus disorot lebih dalam.

Persaingan tidak dapat dihindari. Setiap perusahaan harus berjuang untuk mendapatkan talenta dan mempertahankan talenta terbaik mereka. Hal ini menciptakan keadaan “perang untuk bakat” yang semakin terlihat dewasa ini.

Perang untuk bakat adalah istilah yang diciptakan oleh Steven Hankin dari McKinsey & Company pada tahun 1997. Dikutip dari wikipedia Perang untuk bakat mengacu pada lanskap yang semakin kompetitif untuk merekrut dan mempertahankan karyawan berbakat.

Bukan suatu kebetulan bahwa perusahaan besar terlihat berusaha membangun brand perusahaan untuk lebih menarik di mata para karyawan dan pencari kerja. Menambah fasilitas, fleksibilitas, membangun budaya perusahaan dan mengembangkan lingkungan kerja yang menyenangkan.

Para kandidat berkualitas memiliki banyak pertimbangan untuk bergabung dalam sebuah perusahaan. Mereka yang berbakat memiliki nilai, menetapkan standar, memilih perusahaan, dan perusahaan besar menyadari itu.

Bahkan karyawan terbaik mereka dapat saja lepas dan bergabung ke perusahaan lain yang lebih menarik. Kemudahan karyawan berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain tidak semudah perusahaan menggait dari satu karyawan ke karyawan lain.

Keamanan, reputasi dan gaji yang tinggi tidak lagi menjadi pertimbangan utama para milenial muda yang menjadi angkatan pencari kerja terbesar. Para milenial yang lebih muda mengharapkan jam kerja yang fleksibel, lebih banyak kebebasan pribadi untuk mengembangkan lingkungan kerja yang inovatif.

Maka tidak heran jika perusahaan seperti Facebook, Google dan lain-lain, dengan model kerja baru mereka menarik banyak talenta muda dan dianggap sebagai perusahaan yang paling populer.

Permintaan talenta dari luar negeri membuat persaingan perusahaan merekrut karyawan semakin global dan makin berat. Talenta yang berkualifikasi tinggi lebih tertarik berkarir di luar negeri dibanding di negeri mereka sendiri.

Perusahaan rintisan atau Startup yang bermunculan semakin menambah permintaan akan pekerja berkualifikasi tinggi ini.

Sayangnya permintaan untuk pekerja yang sangat terampil ini tumbuh lebih cepat daripada yang dapat diproduksi pasar. Sehingga persaingan antar perusahaan menjadi semakin kompetitif.

Ini logika penawaran dan permintaan yang sederhana. Ketika permintaan bertambah di kala pasokan masih langka, maka perburuan pun dimulai.

Selamat untuk para kandidat-kandidat yang berbakat. Anda layak diperjuangkan.

Catatan Zatlog

Jika Anda berpikir menyewa seorang profesional itu mahal,

tunggulah sampai Anda menyewa seorang amatir

Adair Merah

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *