“Bisa menghasilkan uang hanya dengan tidur dan berleha-leha bukan berarti Anda tidak berguna.”
Jika kita menengok kembali kondisi pasar saham di masa lampau, mungkin tak ubahnya seperti pasar tradisional di dekat hunian kita yang riuh dengan gemuruh suara para pedagang dan pembeli melakukan transaksi. Dahulu perdagangan saham dilakukan secara tatap muka. Orang-orang berkumpul di lantai bursa meneriakkan transaksi Buy dan Sell tak putus-putus hingga sesi perdagangan saham berakhir. Situasi selanjutnya berkembang menjadi antrian panjang ke sekuritas membeli lot / lembar saham.
Di pasar saham tempo dulu, transaksi berjalan secara manual mengandalkan papan tulis sederhana serta kertas untuk mencatat transaksi. Dibantu dengan. telepon kabel dan kelincahan para broker.
Masih di pasar saham tempo dulu, jika kita membayangkan, disana ada Warren Buffett muda yang semangat menjemput cuan. Meneriakkan Buy di tengah mayoritas Sell yang berlangsung. Memungut saham amblas yang dibuang investor yang panik termakan isu pasar beserta sentimen negatif yang menyertainya.
“Saham undervalued dan tengah diskon besar-besaran,” begitu Warren Buffett menyebutnya. Memang tidak seperti kebanyakan orang, Warren Buffett mampu melihat melampaui grafik saham. Tidak terbatas pada apa yang terjadi hari itu di bursa. Fokusnya pada nilai aset, manajemen perusahaan dan keunggulan kompetitif produk perusahaan itu di pasar.
Warren Buffett cukup jeli melihat dan menandai saham bernilai tinggi yang disebutnya tengah diskon besar-besaran. Dan itulah yang kita yakini yang mengantarkan Warren Buffett menjadi salah satu orang terkaya di dunia.
Teknologi Memudahkan Investasi Saham dan Reksadana
Sekarang kita sudah berada di era pasar saham modern. Dan ini membawa perubahan yang luar biasa. Transaksi saham yang kita lakukan bisa berlangsung dalam senyap. Kita tinggal menggenggam smartphone, memantau pergerakan saham, mengetikkan kata kunci keamanan online untuk masuk dalam akun aplikasi investasi kita. Siap trading hari ini? Tinggal klik Buy atau Sell. lalu Done. Transaksi berhasil. Semudah itu dan secepat itu. Dengan kecanggihan teknologi.
Kecanggihan teknologi telah mengantarkan kita menuju fleksibilitas dan efisiensi dalam investasi. Melalui komputer atau ponsel yang terhubung dengan internet, kita dapat dengan mudah mendapatkan informasi, melakukan analisis, memeriksa portofolio, memantau pergerakan saham, melihat perubahan harga yang terjadi setiap detik.
Kita bisa melihat dengan jelas berapa harga permintaan maupun penawaran yang tengah berlangsung. Serta melihat berapa jumlah lot yang ditawarkan maupun yang diminta, secara real time.
Perkembangan teknologi telah membuat kita dapat melakukan Investasi Saham dengan mudah. Dimana saja dan kapan saja. Namun bukan berarti investasi saham yang kita lakukan tanpa melalui pertimbangan yang matang. Setiap bentuk Investasi memiliki resikonya masing-masing tidak terkecuali investasi saham. Jadi dalam berinvestasi kita tidak boleh terburu-buru apalagi gegabah.
Jika Anda adalah calon investor saham saat ini, yang masih diliputi optimisme menyambut akhir tahun dan berambisi untuk mengejar cuan di pasar modal. Mulai saat ini ketahuilah apa saja yang harus Anda ketahui tentang saham. Gali informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber. Darimana saja. Ketahui juga tentang apa saja yang Sering Dialami Investor Saham Pemula
Sementara itu, karena sekarang Anda tengah berada disini, jadi inilah kesempatan saya untuk memberitahukan apa saja yang saya ketahui namun tentu saja dengan catatan “Segala keputusan dalam berinvestasi berada di tangan Anda”.
Investasi saham juga memiliki resiko yang berpotensi mengancam kesejahteraan finansial Anda. Apalagi jika Anda nekat terjun langsung tanpa dibekali pengetahuan yang dalam tentang cara berinvestasi yang benar dan tepat. Yang ada hasil investasi Anda bukannya menghasilkan cuan dan membuat Anda menjadi jutawan tapi malah membuat Anda bangkrut dan jatuh miskin.
Selain “jangan meletakkan telur dalam satu keranjang” ada beberapa cara menurunkan tingkat resiko dalam investasi saham yang harus Anda ketahui dan terapkan sebelum Anda menjaring cuan di pasar modal.
Seorang investor saham dalam memilih untuk membeli atau menjual sahamnya telah melakukan serangkaian “ritual khusus” seperti mengumpulkan data, menganalisis data dan informasi, melakukan riset, mengukur resiko, melakukan diversifikasi, menyusun portofolio. bertanya kepada ahli atau meminta pertimbangan tim broker atau sekuritas, Bagusnya saat ini kita bisa melakukan semua itu dengan mudah secara online.
Lalu bagaimana jika kita ingin berinvestasi saham tetapi tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk melakukan semua itu atau terlampau malas untuk melakukannya?
Salah satu alternatifnya yaitu melalui Reksadana.
Dengan reksadana, Anda cukup menyediakan modal dana dan biarkan Manajer Investasi yang profesional yang telah dibekali dengan keahlian dan pengalaman investasinya, yang akan mengelola dana Anda bersama investor lain untuk diinvestasikan dalam beberapa instrumen investasi seperti saham obligasi, pasar uang ataupun efek.
Jadi, Manajer Investasi yang akan mencarikan Anda cuan dari modal investasi Anda. Begitulah mengapa ini disebut sebagai bentuk pendapatan pasif. Jadi biarkan uang Anda yang bekerja untuk Anda. Anda bisa santai dan berleha-leha tapi tetap menghasilkan uang. Ini impian Anda bukan?
Manfaat Investasi Saham dan Reksadana
Walaupun Anda menghasilkan uang hanya dengan tidur dan berleha-leha bukan berarti Anda tidak berguna. Karena uang yang Anda investasikan dalam investasi saham atau reksadana secara tidak langsung memiliki manfaat menggerakkan perekonomian nasional.
Selain mampu mendorong perekonomian nasional, Investasi saham dan reksadana memiliki berbagai manfaat dan keuntungan yang menarik. Apa saja itu:
- Menawarkan keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan investasi seperti , deposito, emas dan obligasi negara, investasi saham memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dan berpotensi berkembang di masa depan. Ada dua keuntungan yang dapat kita peroleh yaitu keuntungan Capital Gain dan Dividen. Capital Gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual saham. Sementara Dividen adalah bagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. - Dapat mengimbangi kenaikan inflasi
Keuntungan dari investasi saham seringkali secara signifikan melebihi tingkat inflasi, sehingga dapat melindungi kekayaan kita dari inflasi. - Dapat menghasilkan passive income
Kita bisa menghasilkan keuntungan dari capital gain dan dividen tanpa harus bekerja secara aktif . - Likuid dan Mudah ditransaksikan
Saham mudah untuk dibeli dan dijual kembali jika kita lagi membutuhkan uang. Ini yang membuat saham menjadi investasi yang lebih likuid dibandingkan dengan yang lain seperti investasi properti, rumah atau apartemen yang tidak dapat terjual dengan cepat. - Memberi kebanggaan kepemilikan atas aset perusahaan
Memiliki saham berarti Anda telah memiliki persentase sebagian kepemilikan atas bisnis atau perusahaan. - Mudah dalam diversifikasi
Kita dapat mengukur dan menurunkan tingkat resiko dengan membagi dana investasi dalam beberapa instrumen investasi. - Tidak perlu modal besar
Walaupun kepemilikan saham didominasi orang-orang berkantong tebal dan super kaya bukan berarti pasar saham hanya untuk pemilik modal besar karena nyatanya investasi saham adalah jenis investasi dengan modal paling terjangkau. - Meningkatkan perekonomian nasional
Dana yang Anda investasikan digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya, sehingga perusahaan dapat berkembang lebih luas yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan menggerakkan perekonomian nasional.
Investasi Saham dan Reksadana Bisa Dilakukan Oleh Siapapun
Dari sekian banyak instrumen investasi, tidak dipungkiri investasi saham memang merupakan salah satu bentuk investasi yang paling menarik. Pasar saham telah menciptakan sejumlah besar kekayaan selama bertahun-tahun dan telah mencetak banyak miliarder dunia. Jadi mengapa kita tidak ikut mengambil bagian untuk juga menjemput cuan dan menjadi jutawan dari saham?
Sayangnya masih ada anggapan bahwa investasi saham hanya untuk kalangan bermodal besar dan berkantong tebal bahkan hanya untuk para jutawan. Padahal pasar saham telah memberi akses yang mudah dan terbuka buat siapa saja bahkan untuk orang-orang dengan sedikit uang.
Jika ada yang masih menganggap investasi saham hanya untuk orang-orang kaya, simak cerita ini dulu.
Menjelang sore, Di kala pasar mulai lengang tapi masih menghembuskan aroma khasnya yang menyengat, sebelum pulang, Asep, pedagang sayur-mayur dan bumbu dapur, duduk menyempil diantara tumpukan dagangan sayurnya yang masih tersisa. Dia meraih ponsel kesayangannya. Sudah jam setengah tiga sore, menuju penutupan bursa saham hari ini. Dia segera menekan aplikasi saham di ponselnya. Memantau harga. mengecek portofolio, watch list biru dan merah. Sesuai dari apa yang dia pelajari semalam, dengan analisis teknikal ditambah dengan rekomendasi broker dalam grup online yang dia ikuti, ini waktunya melakukan Buy untuk saham A dan Sell untuk saham B. Dia menunggu sebentar. Done. Dia membereskan barang dagangannya dan bergegas pulang.
Walaupun masih Trader pemula Tapi dia sudah cukup paham. Bahwa seperti cabai, bawang, tomat, timun, terong, dan jengkol yang harganya bisa tiba-tiba melambung tinggi, maka harga saham juga bisa tiba-tiba melonjak naik melebihi ekspektasi atau jatuh, anjlok, rontok, bonyok, amblas di luar perkiraan, Tak apa-apa. Itulah gunanya diversifikasi dalam investasi. Ketika ada satu instrumen investasi miliknya yang merah menyala. Dia masih memiliki investasi lain yang ijo royo-royo.
Dia juga ingin teman-temannya sesama pedagang kecil mengerti soal investasi saham. Biar bisa sama-sama nantinya dengan mereka menjadi jutawan, Tapi temannya berkata, mending dagang sembako daripada dagang saham. Kalau sembako, mereka sudah cukup paham. Pandai mereka soal itu, Hapal di luar kepala. Tapi ini dagang saham, Bagaimana pula itu? Seumur-umur belum pernah mereka bersentuhan dengan yang namanya saham. Mendengarnya pun masih samar-samar. Apalagi memiliki, membeli saham, menjual saham, bagaimana caranya itu?
Siapa bilang Asep tidak berusaha mengajari mereka. Dia bahkan sudah memberi contoh sederhana. dengan minyak goreng misalnya.
Dia menunjukkan minyak goreng ke teman-temannya sambil berkata “kalian tahu ini apa?”
Temannya pura-pura menggelengkan kepala tapi akhirnya mau juga menjawab “minyak goreng”. sahut mereka serentak.
“Perusahaan yang menghasilkan produk minyak goreng ini ada di pasar saham sebagai perusahaan publik. Kita membeli produknya di pasar tradisional dan membeli bisnis perusahaannya di pasar saham. Jika kita sudah memiliki saham perusahaan ini, kita akan menjadi salah satu pemilik perusahaan yang memproduksi minyak goreng ini, Keren bukan?”
Tapi temannya seperti tidak percaya. Mereka saling berpandangan.
“Semakin banyak permintaan untuk membeli minyak goreng ini di pasar, harga akan semakin tinggi, demikian juga saham, dipengaruhi penawaran dan permintaan” lanjutnya lagi.
Teman-temannya masih diam. tapi menelaah apa yang dikatakan Asep. Mereka mulai mengerti sedikit demi sedikit.
Asep kembali menambahkan “Tapi tidak seperti minyak goreng di pasar, kita boleh membeli saham seberapa banyak yang kita inginkan lalu menimbunnya hingga bertahun=tahun tanpa takut dianggap melanggar hukum dan mengganggu stabilitas harga”
Dia menghembuskan nafasnya lega. Karena Menganggap teman-temannya sudah cukup paham. Dia tersenyum sembari kembali membuka mulut
“Jadi teman-teman, kita tidak harus menunggu menjadi jutawan untuk menjadi investor di pasar modal. Kita yang pedagang kecil ini justru yang akan berinvestasi saham untuk menjadi jutawan.” tutupnya dengan penuh keyakinan. Diikuti dengan anggukan kepala dari beberapa temannya yang entah sudah mengerti atau ingin segera pulang, mempelajari sendiri.
Di tempat lain, di dalam Comuter Line yang melaju. seorang mahasiswi memandangi layar ponselnya, Dia membuka aplikasi investasi saham onlinenya, memeriksa portofolio dan memantau grafik. “Apa kabar IHSG?” sapanya dalam hati. Grafik IHSG terpantau lebih volatile akhir-akhir ini. Baginya grafik yang naik dan turun tidak hanya menandakan transaksi tengah berlangsung. Namun juga menandakan denyut nadi perekonomian negara masih berdetak.
Dia belajar banyak tentang saham dan terus belajar sampai hari ini. Dia membaca laporan keuangan perusahaan untuk melakukan analisis fundamental. Setelah mengikuti sekolah pasar modal yang diadakan BEI. disitulah tergerak hatinya untuk juga melakukan investasi saham, Untungnya tidak perlu banyak uang untuk memulai. Dengan beberapa lembar dana pemberian orang tua dan juga hasil dari bisnis kecil-kecilan yang dia rintis selama setahun terakhir, dia bisa menyisihkan sedikit uang setiap bulan untuk modal investasi saham jangka panjangnya.
Dia juga tidak lupa mengajari teman-teman kuliahnya tentang pentingnya investasi sedari dini. Dia bahkan cukup semangat berdiskusi dan bercengkrama dengan beberapa teman terdekatnya yang memiliki pemikiran dan ambisi yang sama. Mereka semua ingin menjadi investor muda yang bebas finansial atau mencapai financial freedom di masa depan.
Untuk kalian, anak muda, milenials atau Gen Z, atau apapun orang menyebutnya, yang masih senang foya-foya dan menghamburkan uang untuk mengikuti gaya hidup, dia menegaskan “kalian bukan circle kita” .
Jadi seperti itu. Dalam revolusi pasar saham dimana teknologi telah berkembang pesat, maka hampir semua orang dapat berpartisipasi. Kita nantinya akan melihat banyak contoh-contoh luar biasa dari mereka yang memulai investasi dari bawah. Dari modal pas-pasan. Dari usia muda yang masih sekolah hingga ibu-ibu rumah tangga, Dari yang muda dan yang tua. Dan dari kelas sosial manapun mereka berasal. Selama kita tidak membatasi siapa saja yang bisa berinvestasi.
Membatasi siapa saja yang bisa berinvestasi saham sama seperti membatasi siapa saja yang bisa menjadi kaya, bukan begitu? Segala pilihan investasi harus terbuka untuk siapa saja. termasuk untuk investasi di pasar modal. Tak ada batasan sosial tentang siapa saja yang boleh menjadi investor saham, Semua orang boleh menjadi miliarder, seperti Warren Buffett.